Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa? Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil, Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu.
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba. Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang." Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata, "Sudah di bilang, kamu jangan minum air dingin!". Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja. Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!" Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga.
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama. Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :') Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya, maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut, ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu. Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang? "Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa. Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain. Papa harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu? Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat. Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang." Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan. Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!" Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu." Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang."
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya. Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin. Karena Papa tahu bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia. Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa. Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik. Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik. Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin memutih. Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya. Papa telah menyelesaikan tugasnya. Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita. Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis. Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal. Sumber: Silvia/Anas
Minggu, 14 Maret 2010
Kamis, 15 Oktober 2009
Mengapa kita harus saling menghakimi?? Kembali soal pemakaian kata Allah dan YHWH.
Mengapa kita harus saling menghakimi?? Kembali soal pemakaian kata Allah dan YHWH.
Mengamati perkembangan seputar pemakaian nama Allah, YHWH di kalangan gereja-gereja di Indonesia membuat saya tertarik untuk sekedar memberikan urun pendapat, meskipun saya mungkin tidak bisa memberikan argument-argumen theologis yang memuaskan seperti yang diberikan oleh sdr Dede Wijaya dan Iah-iah atau Hai-hai (apakah mereka orang yang sama?), yang terus terang saja bahwa saya senang sekali membaca hasil karya tulis dan perdebatan/diskusi mereka yang menarik dan juga memberikan inspirasi baru dan maaf, seringkali saya dengan sengaja mencomot artikel mereka untuk pojok renungan di bulletin gereja kami (ampunilah dan kalau boleh, ini sekalian permohonan ijin, terimakasih).
Beberapa teman sering mendesak saya untuk meninggalkan pemakaian kata Allah dan bahkan ada yang secara ekstrim memutuskan hubungannya karena saya belum mau mempergunakan kata YHWH yang sering diucapkan (bukan diterjemahkan) sebagai kata Yehova atau Yahwe, yang lucunya dulu kita sering kecam pemakaian kata ini pada saudara-saudara dari saksi-saksi Yehova. Mengapa, saya masih mempergunakan kata Allah? Apakah saya tidak tahu bahwa itu nama pribadi umat Muslim dan kalau saya mempergunakannya berarti saya menyembah tuhannya orang lain atau bahkan dewa air dari bangsa mesir kuno? Terserah pendapat anda, saya tidak dapat melarang anda untuk berpendapat seperti ini karena terus terang, saya tidak pernah peduli dengan penilaian orang tentang saya. Hanya, sungguh saya prihatinkan adalah bahwa kita tidak mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera tetapi sibuk dengan mempertahankan kebenaran kita sendiri dan menyerang bahkan memisahkan orang dari persekutuan meskipun dengan argumen2 yang Alkitabiah. Firman Tuhan mengatakan: “ dan marilah kita bertumbuh menurut tingkat pengertian yang kita miliki sekarang ini”, mengapa? Kita tidak mengajar dan membiarkan orang bertumbuh secara wajar tanpa harus memaksakan hukum taurat yang baru disamping hukum2 taurat yang lebih dulu ada di gereja kita masing-masing. Mengapa? Kita harus sibuk menghakimi satu dengan yang lain sedangkan Alkitab berkata bahwa Firman itu yang akan menghakimi kita. Tidakkah? Kita dapat melihat bahwa perdebatan ini bukan hanya sekedar pengalihan kita dari tanggung jawab kita akan kelayakkan kita di hadapan TUHAN untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan di hadapan Allah. Sudah begitu benarkah kita sehingga kita berani mengambil batu untuk melempari saudara kita Dan dari apa yang saya dengar, kata YHWH itu begitu kudus sehingga orang Israel tidak berani mempergunakan kata itu dalam pemakaian sehari-hari, jadi! Apakah kita berani mengakui bahwa kita adalah orang yang sungguh-sungguh hidup dalam kekudusan sehingga kita layak memakai kata itu dalam percakapan kita. Kelihatannya kita lebih Yahudi daripada orang Yahudi sendiri.
Sungguh, saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa itu salah, sayapun terkadang mamakai kata Yehova atau Yahwe dalam doa pribadi dan terlebih sering menggunakan kata YESUS, sebab saya yakin bahwa YESUS adalah nama Allah kita seperti yang IA katakan sendiri dalam Yohanes 17, bahwa mulai saat Firman itu diucapkan, kita harus minta apapun dan berdoa kepada BAPA dengan nama YESUS.
DR. Jeff Hammond, dalam sebuah seminar di Surabaya mengatakan bahwa kata Allah itu dipakai dalam bahasa sehari-hari orang-orang Kristen di Timur Tengah dan Kisah Rasul pasal 2: 4-11 adalah bukti,. Kalau TUHAN yang menciptakan bahasa, tidakkah IA terlebih memahami bahasa hati kita, karena kita lebih sering meributkan bahasa kita daripada hati yang dapat berbicara lebih kuat kepada TUHAN. Tidak salah bila kita memakai kata Yehova dan juga tidak salah bila kita masih mau memakai kata Allah. Bahkan, kita harus belajar menghargai mereka yang mengambil sikap dan keyakinan yang berbeda karena di dunia ini orang dalam proses pencarian identitas diri. Saksikan keyakinan kita bukan hanya dengan kata-kata tetapi juga dalam perbuatan kasih yang nyata karena YESUS juga tidak pernah membedakan orang. dengarlah hati nurani saudara, kita mungkin mengucapkan kata yang benar, tetapi alangkah lebih baik kalau kita terlebih melakukan hal yang benar.
saya percaya, bahwa kita sedang hidup dalam masa gereja yang terakhir seperti yang tertulis dalam Wahyu 3: 14-22, yaitu gereja Laodikia: gereja yang cuek/ tidak punya kepedulian, sibuk memperkaya dan membenarkan diri tapi nda punya kebenaran dan belas kasihan. saya memperhatikan perdebatan di situs kita ini, gereja-gereja yang memperdebatkan: siapa yang paling Alkitabiah?dan pernyataan; “berbahagialah kalau di kota saudara ada gereja kami dan kalaupun tidak ada, mintalah…”.
Hampir setiap bulan TUHAN membawa saya melayani di daerah-daerah di Kalimantan dan Sulawesi Selatan bersama teman2 hamba TUHAN dari PESAT Kaltim yang juga mempergunakan kata Yehova dan tidak lagi mempergunakan kata Allah, tetapi ini tidak pernah menjadi persoalan diantara kami, dan (bukan menyombongkan diri dan nda apa2 kalau anda berpendapat sebaliknya) kami tidak pernah meminta biaya perjalanan dan PK dari seminar-seminar yang kami layani. Di Kalimantan Selatan ada begitu banyak tempat yang tidak ada gereja dan di Kalimantan Tengah, ada banyak tempat yang dulunya desa-desa Kristen, sekarang kembali menjadi animis karena tidak ada hamba TUHAN dan gereja yang mau melayani, ada beberapa desa Kristen yang hampir sebagian besar penduduknya menjadi mualaf oleh karena gereja tidak peduli. gereja lebih peduli pada acara-acara untuk membesarkan diri daripada membesarkan nama TUHAN.
Mungkin anda benar dan saya salah, tetapi tolonglah, pakailah kebenaran anda untuk melakukan hal yang benar sebab YESUS mengasihimu dan YESUS mau hidup kita memberkati orang lain, terimakasih.
Pak Dede dan Hai-Hai, juga Iah_Iah, terimaksih, artikel dan perdebatan anda semua sungguh, sangat memberkati saya untuk lebih memahami perbedaan itu indah karena membuat hidup jadi lebih bermakna.
Selasa, 13 Oktober 2009
Pernikahan bahagia??
Pernikahan bahagia.
Apa yang orang harapkan dari pernikahan? Tentu saja rumah tangga yang bahagia, bukan! Sebagian pernikahan diawali oleh cinta tetapi sering berakhir di dalam kebencian, sebagian yang lain diawali oleh keterpaksaan (perjodohan) tetapi juga ada yang langgeng dalam kebahagiaan meskipun tak sedikit pula yang berjalan dalam kehampaan.
Sebagian orang berpikir bahwa kalau Tuhan yang menjodohkan, pasti segala sesuatunya akan berjalan lancar sehingga ketika percekcokan mulai menghiasi rumah tangga, dia berpikir: “jangan-jangan, aku salah pilih jodoh”, dan perceraian mulai jadi pilihan logis untuk menghindari masalah. Pernikahan tidak lagi dipandang sebagai hal yang sakral dan kudus tetapi jadi ajang seleksi untuk cari jodoh yang tepat dan cara aman untuk menghindari perzinahan (umum). Apalagi kawin cerai sudah jadi komoditi entertaiment yang laris manis yang mendongkrak popularitas para pejabat dan artis di negeri ini yang celakanya sering jadi panutan masyarakat penggemar sinetron.
Pada mulanya waktu Tuhan menciptakan Adam, Tuhan berkata: “bahwa tidak baik bila manusia itu seorang diri saja maka Aku akan menciptakan seorang penolong yang sepadan dengannya”. Tetapi anehnya Tuhan tidak segera menciptakan Hawa baginya tapi Tuhan menciptakan bintang-binatang dan membawa Adam menemui hewan-hewan itu untuk memberikan nama bagi mereka. Dan dikatakan bahwa Adam tidak menjumpai penolong yang sepadan dengannya. Apa artinya? Artinya, sebenarnya Tuhan memberi kebebasan untuk manusia memilih dan mencari sendiri pasangan hidupnya dengan hikmat dan akal budi yang ada padanya untuk mencari yang sepadan (sesuai).
Coba, andaikata meskipun Adam tidak menjumpai manusia yang sepadan tetapi dia berpikir: “ yah sudahlah, ambil saja yang ada. Yang penting betina “. Tentu saja manusia sekarang, boleh jadi merupakan keturunan monyet, orang hutan atau anjing seperti cerita legenda Sangkuriang dari jawa barat
Jodoh itu seperti sebuah gambar magic puzzle yang besar terdiri dari ribuan potongan gambar kecil-kecil, dan ketika kita mau menyusunnya maka kita harus mulai dari potongan gambar yang biasanya terletak di tepi yang menyisakan sedikit gambar yang sesuai dengan beberapa potongan gambar yang ada. Dan itu sebuah Pernikahan.
Jadi Pernikahan merupakan blueprint dari Allah sendiri untuk mewujudkan gereja-NYA di bumi ini (Efesus 5:23-33). Alkitab berkata bahwa tidak ada laki-laki atau perempuan yang tidak berasal dari Allah. Hal yang tidak Alkitabiah jika ada orang apalagi hamba Tuhan yang berani mengatakan bahwa kalau bukan jodohnya maka boleh bercerai.
Tujuan utama dari Pernikahan adalah mewujudkan rencana Allah yang besar bagi gereja-NYA yaitu Kerajaan Allah di bumi ini bila setiap rumah tangga Kristen dapat menjadi garam dan terang bagi masyarakatnya. Pernikahan Kristen bukan didasarkan oleh cinta meskipun cinta adalah komponen/ potongan gambar terpenting tetapi dasar utama dari pernikahan adalah Kristus sendiri artinya Pernikahan hanya dapat diwujudkan apabila pria dan wanita mengikatkan diri dalam sebuah Komitmen untuk meletakkan kebenaran Firman Allah sebagai acuan atau nara sumber di dalam segala masalah yang timbul dalam pernikahan.
Pernikahan tidak akan langgeng bila ada pihak ke tiga turut campur di dalamnya, bahkan orang tua/ keluarga sekalipun. Hanya jika kita ijinkan Tuhan saja yang dapat menjadi pihak ke tiga dalam sebuah pernikahan yang dapat menyempurnakan ikatan kasih suami dan isteri, ketika dalam kerendahan hati kita mau melaksanakan Firman Tuhan untuk saling mengasihi, melayani, mengampuni dan saling mendahului untuk memberikan penghormatan kepada masing pasangan.
Entah saudara sudah menikah atau belum, tetapi renungkanlah benar-benar dengan renungan yang saudara telah baca saat ini. Pernikahan adalah sebuah Komitmen untuk berjalan dan hidup sesuai rencana-Nya. Jangan takut untuk menikah dan jangan ambil keputusan untuk tidak menikah karena melihat contoh gagal dalam pernikahan, karena itupun berarti bahwa saudara tidak bertanggung jawab dengan hidupmu dan satu-satunya alasan untuk tidak menikah adalah karena kita mau benar-benar menyerahkan diri kita hanya untuk melayani – Nya. Terimakasih dan selamat menikah.
Apa yang orang harapkan dari pernikahan? Tentu saja rumah tangga yang bahagia, bukan! Sebagian pernikahan diawali oleh cinta tetapi sering berakhir di dalam kebencian, sebagian yang lain diawali oleh keterpaksaan (perjodohan) tetapi juga ada yang langgeng dalam kebahagiaan meskipun tak sedikit pula yang berjalan dalam kehampaan.
Sebagian orang berpikir bahwa kalau Tuhan yang menjodohkan, pasti segala sesuatunya akan berjalan lancar sehingga ketika percekcokan mulai menghiasi rumah tangga, dia berpikir: “jangan-jangan, aku salah pilih jodoh”, dan perceraian mulai jadi pilihan logis untuk menghindari masalah. Pernikahan tidak lagi dipandang sebagai hal yang sakral dan kudus tetapi jadi ajang seleksi untuk cari jodoh yang tepat dan cara aman untuk menghindari perzinahan (umum). Apalagi kawin cerai sudah jadi komoditi entertaiment yang laris manis yang mendongkrak popularitas para pejabat dan artis di negeri ini yang celakanya sering jadi panutan masyarakat penggemar sinetron.
Pada mulanya waktu Tuhan menciptakan Adam, Tuhan berkata: “bahwa tidak baik bila manusia itu seorang diri saja maka Aku akan menciptakan seorang penolong yang sepadan dengannya”. Tetapi anehnya Tuhan tidak segera menciptakan Hawa baginya tapi Tuhan menciptakan bintang-binatang dan membawa Adam menemui hewan-hewan itu untuk memberikan nama bagi mereka. Dan dikatakan bahwa Adam tidak menjumpai penolong yang sepadan dengannya. Apa artinya? Artinya, sebenarnya Tuhan memberi kebebasan untuk manusia memilih dan mencari sendiri pasangan hidupnya dengan hikmat dan akal budi yang ada padanya untuk mencari yang sepadan (sesuai).
Coba, andaikata meskipun Adam tidak menjumpai manusia yang sepadan tetapi dia berpikir: “ yah sudahlah, ambil saja yang ada. Yang penting betina “. Tentu saja manusia sekarang, boleh jadi merupakan keturunan monyet, orang hutan atau anjing seperti cerita legenda Sangkuriang dari jawa barat
Jodoh itu seperti sebuah gambar magic puzzle yang besar terdiri dari ribuan potongan gambar kecil-kecil, dan ketika kita mau menyusunnya maka kita harus mulai dari potongan gambar yang biasanya terletak di tepi yang menyisakan sedikit gambar yang sesuai dengan beberapa potongan gambar yang ada. Dan itu sebuah Pernikahan.
Jadi Pernikahan merupakan blueprint dari Allah sendiri untuk mewujudkan gereja-NYA di bumi ini (Efesus 5:23-33). Alkitab berkata bahwa tidak ada laki-laki atau perempuan yang tidak berasal dari Allah. Hal yang tidak Alkitabiah jika ada orang apalagi hamba Tuhan yang berani mengatakan bahwa kalau bukan jodohnya maka boleh bercerai.
Tujuan utama dari Pernikahan adalah mewujudkan rencana Allah yang besar bagi gereja-NYA yaitu Kerajaan Allah di bumi ini bila setiap rumah tangga Kristen dapat menjadi garam dan terang bagi masyarakatnya. Pernikahan Kristen bukan didasarkan oleh cinta meskipun cinta adalah komponen/ potongan gambar terpenting tetapi dasar utama dari pernikahan adalah Kristus sendiri artinya Pernikahan hanya dapat diwujudkan apabila pria dan wanita mengikatkan diri dalam sebuah Komitmen untuk meletakkan kebenaran Firman Allah sebagai acuan atau nara sumber di dalam segala masalah yang timbul dalam pernikahan.
Pernikahan tidak akan langgeng bila ada pihak ke tiga turut campur di dalamnya, bahkan orang tua/ keluarga sekalipun. Hanya jika kita ijinkan Tuhan saja yang dapat menjadi pihak ke tiga dalam sebuah pernikahan yang dapat menyempurnakan ikatan kasih suami dan isteri, ketika dalam kerendahan hati kita mau melaksanakan Firman Tuhan untuk saling mengasihi, melayani, mengampuni dan saling mendahului untuk memberikan penghormatan kepada masing pasangan.
Entah saudara sudah menikah atau belum, tetapi renungkanlah benar-benar dengan renungan yang saudara telah baca saat ini. Pernikahan adalah sebuah Komitmen untuk berjalan dan hidup sesuai rencana-Nya. Jangan takut untuk menikah dan jangan ambil keputusan untuk tidak menikah karena melihat contoh gagal dalam pernikahan, karena itupun berarti bahwa saudara tidak bertanggung jawab dengan hidupmu dan satu-satunya alasan untuk tidak menikah adalah karena kita mau benar-benar menyerahkan diri kita hanya untuk melayani – Nya. Terimakasih dan selamat menikah.
Sabtu, 05 September 2009
Belajar bertanggung-jawab
I Yohanes 2: 28; 3: 1-2
28; “Maka sekarang anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya”
29; "Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang yang berbuat kebenaran, lahir dari pada-NYA"
3:1; "Lihatlah betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita sehingga kita disebut anak-anak ALLAH. karena itu dunia tidak mengenal kita, sebabdunia tidak mengenal DIA"'
2; "Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak ALLAH, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-NYA, kita akan menjadi sama seperti DIA, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-NYA yang sebenarnya".
Pada hari kedatangannya, berbeda dengan apa yang biasa dikatakan pendeta yang selalu menekankan kepada hasil seperti berapa banyak jiwa yang engkau bawa atau berapa banyak yang engkau sudah berikan. Yesus lebih menekankan pada proses dan hubungan kita dengan-Nya sebagai Bapa dan anak, sebagai sahabat dan mempelai-Nya. Ia akan berrkata; “Berbahagialah hai hambaku yang baik dan setia, masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuan-Mu”.
“Hamba mana yang didapati setia dan tetap mengerjakan tugasnya jikalau tuan-Nya datang”.
“Berwaspadalah dan berjaga-jagalah sebab engkau tidak tahu kapan tuan-Mu itu datang”.
Apapun bentuk pelayanan dan tanggung jawab kita, yang paling Tuhan inginkan adalah kesungguhan dan kesetiaan kita dalam melayani-Nya.
ALLAH menempatkan kita dengan satu misi yaitu menyatakan tentang Kerajaan dan Kehendak-Nya di dalam dan melalui kehidupan kita ditengah masyarakat, bangsa dan gereja, adalah SALAH KALAU KITA BERPIKIR DAN MENEMPATKAN PELAYANAN KITA HANYA DALAM LINGkUP GEREJA DAN ROHANI SAJA KARENA KEHIDUPAN DUNIAWI DAN ROHANI ADALAH SEPERTI SATU MATA UANG DENGAN DUA SISI GAMBAR YANG BERBEDA.
Kita adalah manusia rohani tidak peduli dimana kita berada kita tetap manusia rohani, meskipun mungkin bertentangan dengan keadaan kita saat ini tetapi sebenarnya kita adalah anak-anak ALLAH. (3:1)
Itulah sebabnya kita harus berpikir dan bertindak sebagai manusia rohani (manusia baru yang terus menerus diperbaharui) di tengah-tengah dunia yang dipenuhi oleh kefasikan ini karena sebutir mutiara tidaklah akan pernah kehilangan kemilaunya di dalam pekatnya lumpur sekalipun.
TUHAN menempatkan Roh kudus-Nya di dalam kita untuk menolong dan memimpin kita untuk masuk ke dalam seluruh kebenaran, dan Ia akan terus menguduskan dan memampukan kita jika kita mau belajar untuk menempatkan firman-Nya di dalam kita dan senantiasa hidup dalam kepenuhan (persekutuan) Roh kudus-Nya.
Tentu saja ada harga yang harus kita bayar yaitu penyangkalan diri (untuk tidak menjadi sahabat dunia) dan pikul salib (kerelaan untuk menderita oleh karena Yesus). Dan itu bukan berarti bahwa kita harus hidup dalam kemiskinan dan penderitaan (Ulangan 28: 1-14) karena justru TUHAN menghendaki kita hidup berkelimpahan agar hidup kita dapat menjadi berkat bagi sesama dan alat pelebaran kerajaan-Nya.
Tetapi jangan ijinkan uang dan kekayaan menjadi tuan atas hidupmu dan jangan biarkan ambisi akan kesuksesan menjadi obsesi yang menenggelamkan kita di dalam kesibukkan sepanjang waktu sehingga kita melupakan keluarga dan bahkan juga pelayanan kita.
Visi TUHAN bagi kita adalah KARAKTER (menjadi serupa dengan gambaran anak-Nya; Roma 8: 29). Jadi bersiap-siaplah untuk hadapi kekecewaan yang dibuat oleh keadaan dan orang-orang di sekitarmu, Jangan panic dahulu karena TUHAN sedang memproses bagian yang tersembunyi dalam dirimu yaitu ego-mu.
Kita hanya sedang belajar untuk mengelola harta yang sementara, yang sangat kecil nilainya dan hidup yang sangat pendek supaya apabila TUHAN menilai bahwa kita adalah orang yang memiliki intregritas (dapat dipercaya), IA akan memberikan kita tanggung jawab yang lebih besar dan mulia untuk mengelola harta yang sesungguhnya di dalam kehidupan kekal yang menantikan kita.
Jangan pernah berputus asa dan bersungut-sungut karena kita tahu kemuliaan kekal yang menantikan kita dan biarlah kita tahu bahwa IA yang menjamin kita adalah setia sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “TUHAN adalah penolongku. Aku tidak akan takut.
TUHAN memberkati.
28; “Maka sekarang anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya”
29; "Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang yang berbuat kebenaran, lahir dari pada-NYA"
3:1; "Lihatlah betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita sehingga kita disebut anak-anak ALLAH. karena itu dunia tidak mengenal kita, sebabdunia tidak mengenal DIA"'
2; "Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak ALLAH, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-NYA, kita akan menjadi sama seperti DIA, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-NYA yang sebenarnya".
Pada hari kedatangannya, berbeda dengan apa yang biasa dikatakan pendeta yang selalu menekankan kepada hasil seperti berapa banyak jiwa yang engkau bawa atau berapa banyak yang engkau sudah berikan. Yesus lebih menekankan pada proses dan hubungan kita dengan-Nya sebagai Bapa dan anak, sebagai sahabat dan mempelai-Nya. Ia akan berrkata; “Berbahagialah hai hambaku yang baik dan setia, masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuan-Mu”.
“Hamba mana yang didapati setia dan tetap mengerjakan tugasnya jikalau tuan-Nya datang”.
“Berwaspadalah dan berjaga-jagalah sebab engkau tidak tahu kapan tuan-Mu itu datang”.
Apapun bentuk pelayanan dan tanggung jawab kita, yang paling Tuhan inginkan adalah kesungguhan dan kesetiaan kita dalam melayani-Nya.
ALLAH menempatkan kita dengan satu misi yaitu menyatakan tentang Kerajaan dan Kehendak-Nya di dalam dan melalui kehidupan kita ditengah masyarakat, bangsa dan gereja, adalah SALAH KALAU KITA BERPIKIR DAN MENEMPATKAN PELAYANAN KITA HANYA DALAM LINGkUP GEREJA DAN ROHANI SAJA KARENA KEHIDUPAN DUNIAWI DAN ROHANI ADALAH SEPERTI SATU MATA UANG DENGAN DUA SISI GAMBAR YANG BERBEDA.
Kita adalah manusia rohani tidak peduli dimana kita berada kita tetap manusia rohani, meskipun mungkin bertentangan dengan keadaan kita saat ini tetapi sebenarnya kita adalah anak-anak ALLAH. (3:1)
Itulah sebabnya kita harus berpikir dan bertindak sebagai manusia rohani (manusia baru yang terus menerus diperbaharui) di tengah-tengah dunia yang dipenuhi oleh kefasikan ini karena sebutir mutiara tidaklah akan pernah kehilangan kemilaunya di dalam pekatnya lumpur sekalipun.
TUHAN menempatkan Roh kudus-Nya di dalam kita untuk menolong dan memimpin kita untuk masuk ke dalam seluruh kebenaran, dan Ia akan terus menguduskan dan memampukan kita jika kita mau belajar untuk menempatkan firman-Nya di dalam kita dan senantiasa hidup dalam kepenuhan (persekutuan) Roh kudus-Nya.
Tentu saja ada harga yang harus kita bayar yaitu penyangkalan diri (untuk tidak menjadi sahabat dunia) dan pikul salib (kerelaan untuk menderita oleh karena Yesus). Dan itu bukan berarti bahwa kita harus hidup dalam kemiskinan dan penderitaan (Ulangan 28: 1-14) karena justru TUHAN menghendaki kita hidup berkelimpahan agar hidup kita dapat menjadi berkat bagi sesama dan alat pelebaran kerajaan-Nya.
Tetapi jangan ijinkan uang dan kekayaan menjadi tuan atas hidupmu dan jangan biarkan ambisi akan kesuksesan menjadi obsesi yang menenggelamkan kita di dalam kesibukkan sepanjang waktu sehingga kita melupakan keluarga dan bahkan juga pelayanan kita.
Visi TUHAN bagi kita adalah KARAKTER (menjadi serupa dengan gambaran anak-Nya; Roma 8: 29). Jadi bersiap-siaplah untuk hadapi kekecewaan yang dibuat oleh keadaan dan orang-orang di sekitarmu, Jangan panic dahulu karena TUHAN sedang memproses bagian yang tersembunyi dalam dirimu yaitu ego-mu.
Kita hanya sedang belajar untuk mengelola harta yang sementara, yang sangat kecil nilainya dan hidup yang sangat pendek supaya apabila TUHAN menilai bahwa kita adalah orang yang memiliki intregritas (dapat dipercaya), IA akan memberikan kita tanggung jawab yang lebih besar dan mulia untuk mengelola harta yang sesungguhnya di dalam kehidupan kekal yang menantikan kita.
Jangan pernah berputus asa dan bersungut-sungut karena kita tahu kemuliaan kekal yang menantikan kita dan biarlah kita tahu bahwa IA yang menjamin kita adalah setia sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “TUHAN adalah penolongku. Aku tidak akan takut.
TUHAN memberkati.
Sabtu, 29 Agustus 2009
Kesukaran orang percaya
II Timotius 3: 1-9.
Alkitab dalam II Timotius 3:1 ini mengatakan bahwa pada akhir jaman akan datang masa-masa yang sukar, dan meskipun YESUS dalam Matius 24 mengatakan tentang penderitaan sebelum kedatangan TUHAN. Tetapi pembacaan kita dalam perikop ini tidak berbicara tentang konteks ini melainkan tentang kesukaran kita dalam mempertahankan dan memelihara intregitas atau jati diri kita sebagai anak-anak TUHAN di bumi ini. Globalisasi dan kemajuan tekhnologi bukan hanya sekedar menawarkan kenyamanan dan kemudahan dalam hidup tetapi juga mengungkapkan fakta bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini dan apa yang kita miliki akan menentukan status dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat dewasa ini yang menuntut orang untuk bukan hanya bekerja keras tetapi juga membawa dampak pada gengsi dan persaingan yang tidak sehat untuk dapat mempertahankan kehormatan yang dikatakan oleh Firman TUHAN sebagai mencintai diri sendiri dan menjadi hamba uang. Manusia semakin mementingkan diri dan kasih menjadi semakin tawar, sehingga anak-anakpun tidak lagi dapat menghormati orang tua dan orang tidak lagi menghargai hka orang lain.
Firman TUHAN mengatakan bahwa penghakiman akan dimulai dari rumah TUHAN dan YESUS sendiri pernah mengatakan bahwa: “Kalau AKU datang, adakah kudapati iman di bumi ini”. Dan “kalau waktu itu tidak disingkatkan maka orang benarpun tidak diselamatkan”. Ini menunjukkan kepada kita tentang kesukaran yang sangat serius yang akan kita hadapi dalam masa akhir jaman ini, Dihambat tapi merambat, ini judul buku karangan dari bapak Pdt. K.A.M Yusuf Rony yang menunjukkan bahwa keKristenan justru berkembang di bawah tekanan dan aniaya, tetapi kita melihat dari sejarah bahwa seperti ada pepatah yang mengatakan, “ seperti ayam mati di lumbung padi”. Demikian kebebasan dan kenyamanan membuat kekristenan justru menjadi kering di negara-negara Eropa.
Di Indonesia pada era reformasi ini meskipun mengalami hambatan pembangunan gereja di beberapa tempat tapi juga harus kita akui bahwagereja mengalami ledakan pertumbuhan jumlah gereja (organisasi/demonisasi) yang signifikan. Namun sayangnya kalau kita melihat fakta di lapangan, pertumbuhan gereja ini hanya sekedar pertambahan gedung/ organisasi gereja saja di kota-kota atau daerah yang terbuka sehingga disadari atau tidak telah menimbulkan banyak permasalahan dan gesekan2 antar gereja (perpindahan jemaat, perpecahan gereja) dan juga pergeseran budaya pada beberapa gereja tua (contoh: di HKBP dan gereja Toraja, sudah diijinkan pemakaian alat band untuk ibadah KKR dan Pemuda) untuk mengantipasi exodusnya pemuda/ remaja ke gereja lain.
Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan tumbuhnya rasa curiga dan perselisihan antar hamba TUHAN karena pertambahan jumlah jemaat hanya diharapkan melalui kelahiran, pernikahan dan perpindahan keanggotaan (yang sering disebabkan oleh sakit hati), sekedar meningkatkan jumlah jemaat ini yang menyebabkan “gereja” membuat program2 ibadah dan kotbah yang sekedar menyenangkan orang dan ini menyebabkan menurunnya kwalitas rohani pendeta karena kemudahan yang diberikan “gereja” dan tidak adanya standar yang excellent untuk seseorang dapat menjadi pendeta/gembala jemaat sehingga ini menimbulkan gelombang kegerakan baru: pensiunan dan para profesional (pengusaha dan pegawai aktif) jadi pendeta, malah banyak pendeta jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil).
Turunnya standar moral dan kwalitas pengajaran dalam gereja adalah awal dari kesukaran yang sedang kita hadapi dalam masa akhir jaman ini. Kasih tidak lagi memotivasi pelayanan, Kebenaran hanya menjadi pemanis bibir pengkotbah dan kekudusan hanya ada dalam lagu pujian, gereja bukan lagi sumber hikmat dan pengajaran tetapi sudah menjadi sarang penyamun.
Seringkali orang mengaburkan misi dengan pelayanan ke tempat-tempat terpencil dan negara-negara lain dan merupakan pelayan yang diperuntukkan bagi penginjil dan misionaris saja sehingga tugas jemaat hanya sekedar mendoakan, beramal dan duduk manis di gereja saja. Ini kesalahan terbesar gereja karena sebenarnya hidup baru yang TUHAN berikan sebenarnya adalah misi. Hidup kita adalah misi untuk menghadirkan Kerajaan ALLAH di muka bumi ini. Kita adalah mitra kerja ALLAH dan Dunia ini ladang ALLAH artinya dimanapun TUHAN menempatkan kita; dalam rumah tangga, usaha, pekerjaan, sekolah dan di tengah-tengah masyarakat bahkan gereja , itulah ladang misi dimana kita menghadirkan Kerajaan ALLAH dalam bentuk pelayanan, Kasih, Kebenaran dan Kekudusan yang didasari oleh Kebenaran FIRMAN ALLAH yang hidup di dalam kita. (Galatia 2: 20). Tidak ada yang sempurna di antara kita tetapi itu tidak boleh menghalangi kita untuk dapat berkata: “ ikutlah teladanku seperti aku mengikuti teladan YESUS”. TUHAN memberkati.
Alkitab dalam II Timotius 3:1 ini mengatakan bahwa pada akhir jaman akan datang masa-masa yang sukar, dan meskipun YESUS dalam Matius 24 mengatakan tentang penderitaan sebelum kedatangan TUHAN. Tetapi pembacaan kita dalam perikop ini tidak berbicara tentang konteks ini melainkan tentang kesukaran kita dalam mempertahankan dan memelihara intregitas atau jati diri kita sebagai anak-anak TUHAN di bumi ini. Globalisasi dan kemajuan tekhnologi bukan hanya sekedar menawarkan kenyamanan dan kemudahan dalam hidup tetapi juga mengungkapkan fakta bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini dan apa yang kita miliki akan menentukan status dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat dewasa ini yang menuntut orang untuk bukan hanya bekerja keras tetapi juga membawa dampak pada gengsi dan persaingan yang tidak sehat untuk dapat mempertahankan kehormatan yang dikatakan oleh Firman TUHAN sebagai mencintai diri sendiri dan menjadi hamba uang. Manusia semakin mementingkan diri dan kasih menjadi semakin tawar, sehingga anak-anakpun tidak lagi dapat menghormati orang tua dan orang tidak lagi menghargai hka orang lain.
Firman TUHAN mengatakan bahwa penghakiman akan dimulai dari rumah TUHAN dan YESUS sendiri pernah mengatakan bahwa: “Kalau AKU datang, adakah kudapati iman di bumi ini”. Dan “kalau waktu itu tidak disingkatkan maka orang benarpun tidak diselamatkan”. Ini menunjukkan kepada kita tentang kesukaran yang sangat serius yang akan kita hadapi dalam masa akhir jaman ini, Dihambat tapi merambat, ini judul buku karangan dari bapak Pdt. K.A.M Yusuf Rony yang menunjukkan bahwa keKristenan justru berkembang di bawah tekanan dan aniaya, tetapi kita melihat dari sejarah bahwa seperti ada pepatah yang mengatakan, “ seperti ayam mati di lumbung padi”. Demikian kebebasan dan kenyamanan membuat kekristenan justru menjadi kering di negara-negara Eropa.
Di Indonesia pada era reformasi ini meskipun mengalami hambatan pembangunan gereja di beberapa tempat tapi juga harus kita akui bahwagereja mengalami ledakan pertumbuhan jumlah gereja (organisasi/demonisasi) yang signifikan. Namun sayangnya kalau kita melihat fakta di lapangan, pertumbuhan gereja ini hanya sekedar pertambahan gedung/ organisasi gereja saja di kota-kota atau daerah yang terbuka sehingga disadari atau tidak telah menimbulkan banyak permasalahan dan gesekan2 antar gereja (perpindahan jemaat, perpecahan gereja) dan juga pergeseran budaya pada beberapa gereja tua (contoh: di HKBP dan gereja Toraja, sudah diijinkan pemakaian alat band untuk ibadah KKR dan Pemuda) untuk mengantipasi exodusnya pemuda/ remaja ke gereja lain.
Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan tumbuhnya rasa curiga dan perselisihan antar hamba TUHAN karena pertambahan jumlah jemaat hanya diharapkan melalui kelahiran, pernikahan dan perpindahan keanggotaan (yang sering disebabkan oleh sakit hati), sekedar meningkatkan jumlah jemaat ini yang menyebabkan “gereja” membuat program2 ibadah dan kotbah yang sekedar menyenangkan orang dan ini menyebabkan menurunnya kwalitas rohani pendeta karena kemudahan yang diberikan “gereja” dan tidak adanya standar yang excellent untuk seseorang dapat menjadi pendeta/gembala jemaat sehingga ini menimbulkan gelombang kegerakan baru: pensiunan dan para profesional (pengusaha dan pegawai aktif) jadi pendeta, malah banyak pendeta jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil).
Turunnya standar moral dan kwalitas pengajaran dalam gereja adalah awal dari kesukaran yang sedang kita hadapi dalam masa akhir jaman ini. Kasih tidak lagi memotivasi pelayanan, Kebenaran hanya menjadi pemanis bibir pengkotbah dan kekudusan hanya ada dalam lagu pujian, gereja bukan lagi sumber hikmat dan pengajaran tetapi sudah menjadi sarang penyamun.
Seringkali orang mengaburkan misi dengan pelayanan ke tempat-tempat terpencil dan negara-negara lain dan merupakan pelayan yang diperuntukkan bagi penginjil dan misionaris saja sehingga tugas jemaat hanya sekedar mendoakan, beramal dan duduk manis di gereja saja. Ini kesalahan terbesar gereja karena sebenarnya hidup baru yang TUHAN berikan sebenarnya adalah misi. Hidup kita adalah misi untuk menghadirkan Kerajaan ALLAH di muka bumi ini. Kita adalah mitra kerja ALLAH dan Dunia ini ladang ALLAH artinya dimanapun TUHAN menempatkan kita; dalam rumah tangga, usaha, pekerjaan, sekolah dan di tengah-tengah masyarakat bahkan gereja , itulah ladang misi dimana kita menghadirkan Kerajaan ALLAH dalam bentuk pelayanan, Kasih, Kebenaran dan Kekudusan yang didasari oleh Kebenaran FIRMAN ALLAH yang hidup di dalam kita. (Galatia 2: 20). Tidak ada yang sempurna di antara kita tetapi itu tidak boleh menghalangi kita untuk dapat berkata: “ ikutlah teladanku seperti aku mengikuti teladan YESUS”. TUHAN memberkati.
Rabu, 26 Agustus 2009
Bisnis di Ladang Tuhan
Sekitar tahun 1990, dalam suatu persekutuan doa semalam suntuk di FGBMFI, di jalan Juanda, Samarinda. Suatu nubuatan disampaikan seorang hamba Tuhan yang mengatakan; “Bahwa usaha bisnis terbesar sebelum kedatangan Tuhan adalah ladang Tuhan”, yang spontan disambut dengan tertawaan oleh hampir semua yang hadir yang kebanyakan pengusaha dan kaum profesi di Samarinda dan Balikpapan, tetapi 5 (lima) tahun kemudian kebanyakan dari mereka yang hadir ini menjadi pendeta.
Pada tahun-tahun terakhir ini kita seolah-olah melihat satu kebangunan rohani yang besar di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya denominasi baru plus tentu saja bertambahnya gereja2 dan persekutuan2 di berbagai kota di Indonesia, meskipun tentu saja itu bukan berarti bahwa pertumbuhan gereja itu diiringi oleh pertambahan jumlah jiwa baru, tetapi yang sering terjadi adalah sekedar perpindahan jemaat dari gereja yang sudah ada sebelumnya ke gereja yang baru. Dan juga pada akhir-akhir ini seiring dengan kemajuan tekhnologi multi media, kita melihat fenomena yang menggembirakan bahwa ladang pelayanan kita dapat mejadi ladang pelayanan global yaitu dengan adanya parabola dan internet sehingga kita dapat menjangkau ujung-ujung bumi bahkan tanpa beranjak dari tempat duduk kita. KKR, konser rohani bahkan seminar-seminar diadakan di mana-mana dengan pembicara-pembicara berkelas dan artis-artis rohani dan kalau kita dapat melihat semaraknya pelayanan ini maka apakah itu berarti bahwa kita sedang mengalami kebangunan rohani? Kita tidak akan yakin dengan hal itu jikalau kita melihat fakta-fakta lain di lapangan (khususnya, dalam pelayanan kami di Kalimantan Timur) dan meskipun secara pribadi, saya tidak punya data yang menunjang dalam hal ini tetapi saya melihat bahwa sebenarnya jumlah umat ALLAH pada lima tahun ini justru sedang mengalami penurunan kwantitas (siapa dapat membantu data?), kelihatannya kita hanya sekedar mengalami euphoria kebangunan rohani yang semu kalau kita hanya melihat pertumbuhan yang pesat jumlah denominasi dan “gereja” di Indonesia.
Apakah ini nyata atau karena kekuatiran saja kami melihat bahwa seolah-olah hal itu terjadi, padahal sebenarnya justru memang semaraknya acara-acara rohani ini memang justru menunjukkan bahwa memang kebangunan rohani itu sedang berlangsung (setujukah saudara dengan hal ini) atau justru kekuatiran YESUS yang ditunjukkanya dengan berkata: “Kalau Aku datang, adakah iman di bumi ini” menjadi jawaban dari kesemua itu.
Berapa puluh tahun lalu, menjadi pendeta bukan suatu hal yang dapat dibanggakan, malahan banyak orang mengeluh jika ada anggota keluarganya yang dipanggil TUHAN untuk menjadi hambanya dan mereka yang menjadi pendeta seringkali “malu” untuk menunjukkan identitas diri yang lama dengan membuang bahkan membakar atribut gelar2 duniawi mereka. Sekarang, justru orang berlomba-lomba menjadi pendeta bahkan tanpa harus melalui pendidikan dan penjara yang suci (asrama sekolah Alkitab), kursus-kursus Alkitab singkat, Kuliah padat sekali dan gereja menurunkan standar mutu kependetaan, kemudahan untuk menjadi pendeta menyebabkan orang berbondong-bondong menjadi pendeta, kalau dulu para profesioal harus meninggalkan profesinya untuk menjadi pendeta (dan menganggap sampah segala atribut), sekarang justru kita dapati bahwa semakin banyak gelarnya, semakin oke ( kami teringat dalam satu acara KKR, seorang pembicara, tidak mau dipanggil maju ke depan ketika gelarnya tidak disebut secara lengkap, ha ha ha, padahal gelar apapun belum akan akan sempurna kalau belum dapat yang satu ini; Alm (alrmarhum)) dan kependetaan sepertinya hanya sekedar menjadi profesi di samping profesi lain yang mereka miliki.
Seorang gembala tidak lagi harus tinggal bersama domba-dombanya dengan adanya gembala franchaise (gembala senior yang tidak ke mana-mana tapi ada di mana-mana), dan perbudakan rohani yang mengatas namakan “persiapan” atas pengerja-pengerja gereja. Iklan-iklan “undangan kebaktian” di koran-koran nasional dan daerah (untuk kalangan sendiri), ringtone rohani, sms renungan rohani berbayar, perjalanan “tour rohani” dengan pembimbing2 rohani yang top abis, mission trip yang seringkali hanya sekedar pesiar rohani, event organizer rohani (seorang teman pendeta meninggalkan gerejanya untuk membuka pelayanan ini) dll, kita tidak tahu apakah ini semua yang disebut sebagai bisnis di ladang TUHAN, kami tidak tahu dan biarlah ada motivasi yang benar di dalamnya. “Berbahagialah hamba , yang didapati Tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya datang”, (Matius 24: 46).
Pada tahun-tahun terakhir ini kita seolah-olah melihat satu kebangunan rohani yang besar di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya denominasi baru plus tentu saja bertambahnya gereja2 dan persekutuan2 di berbagai kota di Indonesia, meskipun tentu saja itu bukan berarti bahwa pertumbuhan gereja itu diiringi oleh pertambahan jumlah jiwa baru, tetapi yang sering terjadi adalah sekedar perpindahan jemaat dari gereja yang sudah ada sebelumnya ke gereja yang baru. Dan juga pada akhir-akhir ini seiring dengan kemajuan tekhnologi multi media, kita melihat fenomena yang menggembirakan bahwa ladang pelayanan kita dapat mejadi ladang pelayanan global yaitu dengan adanya parabola dan internet sehingga kita dapat menjangkau ujung-ujung bumi bahkan tanpa beranjak dari tempat duduk kita. KKR, konser rohani bahkan seminar-seminar diadakan di mana-mana dengan pembicara-pembicara berkelas dan artis-artis rohani dan kalau kita dapat melihat semaraknya pelayanan ini maka apakah itu berarti bahwa kita sedang mengalami kebangunan rohani? Kita tidak akan yakin dengan hal itu jikalau kita melihat fakta-fakta lain di lapangan (khususnya, dalam pelayanan kami di Kalimantan Timur) dan meskipun secara pribadi, saya tidak punya data yang menunjang dalam hal ini tetapi saya melihat bahwa sebenarnya jumlah umat ALLAH pada lima tahun ini justru sedang mengalami penurunan kwantitas (siapa dapat membantu data?), kelihatannya kita hanya sekedar mengalami euphoria kebangunan rohani yang semu kalau kita hanya melihat pertumbuhan yang pesat jumlah denominasi dan “gereja” di Indonesia.
Apakah ini nyata atau karena kekuatiran saja kami melihat bahwa seolah-olah hal itu terjadi, padahal sebenarnya justru memang semaraknya acara-acara rohani ini memang justru menunjukkan bahwa memang kebangunan rohani itu sedang berlangsung (setujukah saudara dengan hal ini) atau justru kekuatiran YESUS yang ditunjukkanya dengan berkata: “Kalau Aku datang, adakah iman di bumi ini” menjadi jawaban dari kesemua itu.
Berapa puluh tahun lalu, menjadi pendeta bukan suatu hal yang dapat dibanggakan, malahan banyak orang mengeluh jika ada anggota keluarganya yang dipanggil TUHAN untuk menjadi hambanya dan mereka yang menjadi pendeta seringkali “malu” untuk menunjukkan identitas diri yang lama dengan membuang bahkan membakar atribut gelar2 duniawi mereka. Sekarang, justru orang berlomba-lomba menjadi pendeta bahkan tanpa harus melalui pendidikan dan penjara yang suci (asrama sekolah Alkitab), kursus-kursus Alkitab singkat, Kuliah padat sekali dan gereja menurunkan standar mutu kependetaan, kemudahan untuk menjadi pendeta menyebabkan orang berbondong-bondong menjadi pendeta, kalau dulu para profesioal harus meninggalkan profesinya untuk menjadi pendeta (dan menganggap sampah segala atribut), sekarang justru kita dapati bahwa semakin banyak gelarnya, semakin oke ( kami teringat dalam satu acara KKR, seorang pembicara, tidak mau dipanggil maju ke depan ketika gelarnya tidak disebut secara lengkap, ha ha ha, padahal gelar apapun belum akan akan sempurna kalau belum dapat yang satu ini; Alm (alrmarhum)) dan kependetaan sepertinya hanya sekedar menjadi profesi di samping profesi lain yang mereka miliki.
Seorang gembala tidak lagi harus tinggal bersama domba-dombanya dengan adanya gembala franchaise (gembala senior yang tidak ke mana-mana tapi ada di mana-mana), dan perbudakan rohani yang mengatas namakan “persiapan” atas pengerja-pengerja gereja. Iklan-iklan “undangan kebaktian” di koran-koran nasional dan daerah (untuk kalangan sendiri), ringtone rohani, sms renungan rohani berbayar, perjalanan “tour rohani” dengan pembimbing2 rohani yang top abis, mission trip yang seringkali hanya sekedar pesiar rohani, event organizer rohani (seorang teman pendeta meninggalkan gerejanya untuk membuka pelayanan ini) dll, kita tidak tahu apakah ini semua yang disebut sebagai bisnis di ladang TUHAN, kami tidak tahu dan biarlah ada motivasi yang benar di dalamnya. “Berbahagialah hamba , yang didapati Tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya datang”, (Matius 24: 46).
Jumat, 21 Agustus 2009
Andaikata gereja mau tabur uang mati
Melihat perkembangan gereja yang begitu pesat dengan ditandai bertambah banyaknya gereja/ organisasi gereja di Indonesia yang faktanya tidak bertumbuh seiring dengan pertambahan jumlah orang Kristen, yang malah ditengarai semakin menurun jumlahnya. Kita tidak tahu, apakah kita harus merasa bangga denan “pertumbuhan” ini atau haruskah kita justru merasa miris karena “pertumbuhan” ini justru semakin menampakkan adanya perpecahan dalam “gereja’.
Di Koran-koran daerah, kita sering membaca berita yang mengatakan bahwa ada desa-desa yang penduduknya sebanyak 200 atau 100 orang menjadi mualaf, apa yang kita pikirkan kalau membaca hal seperti ini; “ah, itu Cuma propaganda saja, ataukah kita mungkin akan katakan: “ya, itu karena iman orangnya masih kerdil”’. Saudara, saya mau katakan kepadamu, sebenarnya hal itu terjadi mutlak karena kesalahan “gereja”. Beberapa tahun lalu, saya rajin mengikuti seminar-seminar dan banyak hamba Tuhan mengikutinya, tapi setelah mengikuti banyak seminar ternyata saya dapati, kita hanya sekedar senang kumpul-kumpul dan merumuskan cara-cara untuk “memenangkan” dan meneriakkan slogan kesepakatan ‘Kemuliaan Tuhan”.
Misi “gereja” tidak lebih dari sekedar “franchaise” gereja. Pendeta-pendeta “besar” tanpa ragu mencantumkan nama mereka sebagai “Gembala/ Penatua Senior” di iklan-iklan surat kabar untuk menarik orang datang ke acara ibadah mereka, yang anehnya mereka sendiri jarang datang atau bahkan belum pernah datang untuk bahkan “hanya sekedar menengok” kawanan domba mereka.
Dari kota besar sampai kota kecil dipadati oleh “gereja”, “gereja-gereja” baru bermunculan bagai jamur di musim hujan, jemaat terus dipacu untuk memberi dan berkorban bagi pekerjaan “misi” sementara pendeta sendiri enggan mengeluarkan duit dari kantongnya dan misi itu sendiri hanya sekedar tempel nama baru dan bukan sungguh-sungguh buka ladang baru yang belum pernah di garap orang lain.
Perguruan Theologia barupun berlomba-lomba menawarkan paket murah meriah untuk mendapatkan STh, MTh, dan bahkan Doktor yang seringkali hanya untuk penghias kartu nama dan sarana untuk menaikkan honor pelayanan. Berapa ratus tenaga hamba Tuhan baru diluluskan setiap tahunnya dari sekolah-sekolah theologia tetapi anehnya kita masih terus berdoa untuk Tuhan mengirim pekerja-pekerja karena kita tidak tahu kemana pekerja-pekerja yang terlatih ini pergi. Dan orang tanpa malu mencantumkan label Evangelis atau penginjil di depan nama mereka tapi kerjanya hanya berkeliling besoek di gereja-gereja tertentu untuk menadapatkan sekedar upah harian, di daerah banyak pendeta beralih dari PNS (Pegawai Negeri Surga) menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), kita tidak lagi menjadi pendeta tapi pendekar (pendeta karyawan).
Di daerah pelayanan kami di Kalimantan, sepanjang wilayah perbatasan Kalimantan timur sampai ke Selatan dan tengah, berapa banyak daerah tanpa kehadiran gereja bahkan kalaupun ada gereja biasanya satu pendeta/gembala harus melayani berapa atau bahkan berapa puluh jemaat. Kantong-kantong Kristen justru menjadi kantong-kantong sampah yang berisikan kejahatan dan kecemaran. Dan apa yang kita lakukan?
Gereja membangun istana-istana gading yang sering bikin sakit mata karena menjadi ironi di tengah-tengah kemiskinan masyarakat, KKR besar, undang artis, pendeta besar dan kadang ada doorprize untuk menarik orang melihat pertunjukan spektakuler dan dengan label “untuk kalangan sendiri”. Drama Natal dengan pementasan Yesus lahir di kandang dh juga kolong jembatan hanya untuk sekedar menertawakan diri karena sementara itu kita berpesta pora tanpa memperdulikan mereka yang lapar.
Ada banyak gereja baru muncul tahun ini dan tutup tahun depan karena persoalan klasik “tidak ada panggilan” yang sebenarnya hanya pemanis dari pribahasa “lebih besar pasak dari pada tiang”. Andaikata gereja mau tabur uang mati.
Mengundang pendeta harus berhubungan dengan manajer yang bertanya; “berapa banyak…..”. dan banyak alas an untuk katakan “tidak” kalau hanya ada sedikit….
“Berapa besar gerejamu atau berapa banyak jemaatmu”, itu pertanyaan jamak yang biasa ditanyakan kalau sesama pendeta bertemu. Kita tidak pernah merasa malu untuk mengakui apa yang bukan menjadi milik kita. Kita hanya pembantu, pelayan, jongos…
tapi betapa sering kita bertindak sebagao BOSS. Ah andaikata gereja mau tabur uang mati. Atau mungkin memang benar bahwa kita hanya baru bisa mimpi seperti lagu pembuka di Republik Mimpi.
Tuhan kasihanilah kami..
Di Koran-koran daerah, kita sering membaca berita yang mengatakan bahwa ada desa-desa yang penduduknya sebanyak 200 atau 100 orang menjadi mualaf, apa yang kita pikirkan kalau membaca hal seperti ini; “ah, itu Cuma propaganda saja, ataukah kita mungkin akan katakan: “ya, itu karena iman orangnya masih kerdil”’. Saudara, saya mau katakan kepadamu, sebenarnya hal itu terjadi mutlak karena kesalahan “gereja”. Beberapa tahun lalu, saya rajin mengikuti seminar-seminar dan banyak hamba Tuhan mengikutinya, tapi setelah mengikuti banyak seminar ternyata saya dapati, kita hanya sekedar senang kumpul-kumpul dan merumuskan cara-cara untuk “memenangkan” dan meneriakkan slogan kesepakatan ‘Kemuliaan Tuhan”.
Misi “gereja” tidak lebih dari sekedar “franchaise” gereja. Pendeta-pendeta “besar” tanpa ragu mencantumkan nama mereka sebagai “Gembala/ Penatua Senior” di iklan-iklan surat kabar untuk menarik orang datang ke acara ibadah mereka, yang anehnya mereka sendiri jarang datang atau bahkan belum pernah datang untuk bahkan “hanya sekedar menengok” kawanan domba mereka.
Dari kota besar sampai kota kecil dipadati oleh “gereja”, “gereja-gereja” baru bermunculan bagai jamur di musim hujan, jemaat terus dipacu untuk memberi dan berkorban bagi pekerjaan “misi” sementara pendeta sendiri enggan mengeluarkan duit dari kantongnya dan misi itu sendiri hanya sekedar tempel nama baru dan bukan sungguh-sungguh buka ladang baru yang belum pernah di garap orang lain.
Perguruan Theologia barupun berlomba-lomba menawarkan paket murah meriah untuk mendapatkan STh, MTh, dan bahkan Doktor yang seringkali hanya untuk penghias kartu nama dan sarana untuk menaikkan honor pelayanan. Berapa ratus tenaga hamba Tuhan baru diluluskan setiap tahunnya dari sekolah-sekolah theologia tetapi anehnya kita masih terus berdoa untuk Tuhan mengirim pekerja-pekerja karena kita tidak tahu kemana pekerja-pekerja yang terlatih ini pergi. Dan orang tanpa malu mencantumkan label Evangelis atau penginjil di depan nama mereka tapi kerjanya hanya berkeliling besoek di gereja-gereja tertentu untuk menadapatkan sekedar upah harian, di daerah banyak pendeta beralih dari PNS (Pegawai Negeri Surga) menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), kita tidak lagi menjadi pendeta tapi pendekar (pendeta karyawan).
Di daerah pelayanan kami di Kalimantan, sepanjang wilayah perbatasan Kalimantan timur sampai ke Selatan dan tengah, berapa banyak daerah tanpa kehadiran gereja bahkan kalaupun ada gereja biasanya satu pendeta/gembala harus melayani berapa atau bahkan berapa puluh jemaat. Kantong-kantong Kristen justru menjadi kantong-kantong sampah yang berisikan kejahatan dan kecemaran. Dan apa yang kita lakukan?
Gereja membangun istana-istana gading yang sering bikin sakit mata karena menjadi ironi di tengah-tengah kemiskinan masyarakat, KKR besar, undang artis, pendeta besar dan kadang ada doorprize untuk menarik orang melihat pertunjukan spektakuler dan dengan label “untuk kalangan sendiri”. Drama Natal dengan pementasan Yesus lahir di kandang dh juga kolong jembatan hanya untuk sekedar menertawakan diri karena sementara itu kita berpesta pora tanpa memperdulikan mereka yang lapar.
Ada banyak gereja baru muncul tahun ini dan tutup tahun depan karena persoalan klasik “tidak ada panggilan” yang sebenarnya hanya pemanis dari pribahasa “lebih besar pasak dari pada tiang”. Andaikata gereja mau tabur uang mati.
Mengundang pendeta harus berhubungan dengan manajer yang bertanya; “berapa banyak…..”. dan banyak alas an untuk katakan “tidak” kalau hanya ada sedikit….
“Berapa besar gerejamu atau berapa banyak jemaatmu”, itu pertanyaan jamak yang biasa ditanyakan kalau sesama pendeta bertemu. Kita tidak pernah merasa malu untuk mengakui apa yang bukan menjadi milik kita. Kita hanya pembantu, pelayan, jongos…
tapi betapa sering kita bertindak sebagao BOSS. Ah andaikata gereja mau tabur uang mati. Atau mungkin memang benar bahwa kita hanya baru bisa mimpi seperti lagu pembuka di Republik Mimpi.
Tuhan kasihanilah kami..
Langganan:
Postingan (Atom)