Rabu, 26 Agustus 2009

Bisnis di Ladang Tuhan

Sekitar tahun 1990, dalam suatu persekutuan doa semalam suntuk di FGBMFI, di jalan Juanda, Samarinda. Suatu nubuatan disampaikan seorang hamba Tuhan yang mengatakan; “Bahwa usaha bisnis terbesar sebelum kedatangan Tuhan adalah ladang Tuhan”, yang spontan disambut dengan tertawaan oleh hampir semua yang hadir yang kebanyakan pengusaha dan kaum profesi di Samarinda dan Balikpapan, tetapi 5 (lima) tahun kemudian kebanyakan dari mereka yang hadir ini menjadi pendeta.
Pada tahun-tahun terakhir ini kita seolah-olah melihat satu kebangunan rohani yang besar di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya denominasi baru plus tentu saja bertambahnya gereja2 dan persekutuan2 di berbagai kota di Indonesia, meskipun tentu saja itu bukan berarti bahwa pertumbuhan gereja itu diiringi oleh pertambahan jumlah jiwa baru, tetapi yang sering terjadi adalah sekedar perpindahan jemaat dari gereja yang sudah ada sebelumnya ke gereja yang baru. Dan juga pada akhir-akhir ini seiring dengan kemajuan tekhnologi multi media, kita melihat fenomena yang menggembirakan bahwa ladang pelayanan kita dapat mejadi ladang pelayanan global yaitu dengan adanya parabola dan internet sehingga kita dapat menjangkau ujung-ujung bumi bahkan tanpa beranjak dari tempat duduk kita. KKR, konser rohani bahkan seminar-seminar diadakan di mana-mana dengan pembicara-pembicara berkelas dan artis-artis rohani dan kalau kita dapat melihat semaraknya pelayanan ini maka apakah itu berarti bahwa kita sedang mengalami kebangunan rohani? Kita tidak akan yakin dengan hal itu jikalau kita melihat fakta-fakta lain di lapangan (khususnya, dalam pelayanan kami di Kalimantan Timur) dan meskipun secara pribadi, saya tidak punya data yang menunjang dalam hal ini tetapi saya melihat bahwa sebenarnya jumlah umat ALLAH pada lima tahun ini justru sedang mengalami penurunan kwantitas (siapa dapat membantu data?), kelihatannya kita hanya sekedar mengalami euphoria kebangunan rohani yang semu kalau kita hanya melihat pertumbuhan yang pesat jumlah denominasi dan “gereja” di Indonesia.
Apakah ini nyata atau karena kekuatiran saja kami melihat bahwa seolah-olah hal itu terjadi, padahal sebenarnya justru memang semaraknya acara-acara rohani ini memang justru menunjukkan bahwa memang kebangunan rohani itu sedang berlangsung (setujukah saudara dengan hal ini) atau justru kekuatiran YESUS yang ditunjukkanya dengan berkata: “Kalau Aku datang, adakah iman di bumi ini” menjadi jawaban dari kesemua itu.
Berapa puluh tahun lalu, menjadi pendeta bukan suatu hal yang dapat dibanggakan, malahan banyak orang mengeluh jika ada anggota keluarganya yang dipanggil TUHAN untuk menjadi hambanya dan mereka yang menjadi pendeta seringkali “malu” untuk menunjukkan identitas diri yang lama dengan membuang bahkan membakar atribut gelar2 duniawi mereka. Sekarang, justru orang berlomba-lomba menjadi pendeta bahkan tanpa harus melalui pendidikan dan penjara yang suci (asrama sekolah Alkitab), kursus-kursus Alkitab singkat, Kuliah padat sekali dan gereja menurunkan standar mutu kependetaan, kemudahan untuk menjadi pendeta menyebabkan orang berbondong-bondong menjadi pendeta, kalau dulu para profesioal harus meninggalkan profesinya untuk menjadi pendeta (dan menganggap sampah segala atribut), sekarang justru kita dapati bahwa semakin banyak gelarnya, semakin oke ( kami teringat dalam satu acara KKR, seorang pembicara, tidak mau dipanggil maju ke depan ketika gelarnya tidak disebut secara lengkap, ha ha ha, padahal gelar apapun belum akan akan sempurna kalau belum dapat yang satu ini; Alm (alrmarhum)) dan kependetaan sepertinya hanya sekedar menjadi profesi di samping profesi lain yang mereka miliki.
Seorang gembala tidak lagi harus tinggal bersama domba-dombanya dengan adanya gembala franchaise (gembala senior yang tidak ke mana-mana tapi ada di mana-mana), dan perbudakan rohani yang mengatas namakan “persiapan” atas pengerja-pengerja gereja. Iklan-iklan “undangan kebaktian” di koran-koran nasional dan daerah (untuk kalangan sendiri), ringtone rohani, sms renungan rohani berbayar, perjalanan “tour rohani” dengan pembimbing2 rohani yang top abis, mission trip yang seringkali hanya sekedar pesiar rohani, event organizer rohani (seorang teman pendeta meninggalkan gerejanya untuk membuka pelayanan ini) dll, kita tidak tahu apakah ini semua yang disebut sebagai bisnis di ladang TUHAN, kami tidak tahu dan biarlah ada motivasi yang benar di dalamnya. “Berbahagialah hamba , yang didapati Tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya datang”, (Matius 24: 46).