Sabtu, 29 Agustus 2009

Kesukaran orang percaya

II Timotius 3: 1-9.
Alkitab dalam II Timotius 3:1 ini mengatakan bahwa pada akhir jaman akan datang masa-masa yang sukar, dan meskipun YESUS dalam Matius 24 mengatakan tentang penderitaan sebelum kedatangan TUHAN. Tetapi pembacaan kita dalam perikop ini tidak berbicara tentang konteks ini melainkan tentang kesukaran kita dalam mempertahankan dan memelihara intregitas atau jati diri kita sebagai anak-anak TUHAN di bumi ini. Globalisasi dan kemajuan tekhnologi bukan hanya sekedar menawarkan kenyamanan dan kemudahan dalam hidup tetapi juga mengungkapkan fakta bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini dan apa yang kita miliki akan menentukan status dalam pergaulan di tengah-tengah masyarakat dewasa ini yang menuntut orang untuk bukan hanya bekerja keras tetapi juga membawa dampak pada gengsi dan persaingan yang tidak sehat untuk dapat mempertahankan kehormatan yang dikatakan oleh Firman TUHAN sebagai mencintai diri sendiri dan menjadi hamba uang. Manusia semakin mementingkan diri dan kasih menjadi semakin tawar, sehingga anak-anakpun tidak lagi dapat menghormati orang tua dan orang tidak lagi menghargai hka orang lain.
Firman TUHAN mengatakan bahwa penghakiman akan dimulai dari rumah TUHAN dan YESUS sendiri pernah mengatakan bahwa: “Kalau AKU datang, adakah kudapati iman di bumi ini”. Dan “kalau waktu itu tidak disingkatkan maka orang benarpun tidak diselamatkan”. Ini menunjukkan kepada kita tentang kesukaran yang sangat serius yang akan kita hadapi dalam masa akhir jaman ini, Dihambat tapi merambat, ini judul buku karangan dari bapak Pdt. K.A.M Yusuf Rony yang menunjukkan bahwa keKristenan justru berkembang di bawah tekanan dan aniaya, tetapi kita melihat dari sejarah bahwa seperti ada pepatah yang mengatakan, “ seperti ayam mati di lumbung padi”. Demikian kebebasan dan kenyamanan membuat kekristenan justru menjadi kering di negara-negara Eropa.
Di Indonesia pada era reformasi ini meskipun mengalami hambatan pembangunan gereja di beberapa tempat tapi juga harus kita akui bahwagereja mengalami ledakan pertumbuhan jumlah gereja (organisasi/demonisasi) yang signifikan. Namun sayangnya kalau kita melihat fakta di lapangan, pertumbuhan gereja ini hanya sekedar pertambahan gedung/ organisasi gereja saja di kota-kota atau daerah yang terbuka sehingga disadari atau tidak telah menimbulkan banyak permasalahan dan gesekan2 antar gereja (perpindahan jemaat, perpecahan gereja) dan juga pergeseran budaya pada beberapa gereja tua (contoh: di HKBP dan gereja Toraja, sudah diijinkan pemakaian alat band untuk ibadah KKR dan Pemuda) untuk mengantipasi exodusnya pemuda/ remaja ke gereja lain.
Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan tumbuhnya rasa curiga dan perselisihan antar hamba TUHAN karena pertambahan jumlah jemaat hanya diharapkan melalui kelahiran, pernikahan dan perpindahan keanggotaan (yang sering disebabkan oleh sakit hati), sekedar meningkatkan jumlah jemaat ini yang menyebabkan “gereja” membuat program2 ibadah dan kotbah yang sekedar menyenangkan orang dan ini menyebabkan menurunnya kwalitas rohani pendeta karena kemudahan yang diberikan “gereja” dan tidak adanya standar yang excellent untuk seseorang dapat menjadi pendeta/gembala jemaat sehingga ini menimbulkan gelombang kegerakan baru: pensiunan dan para profesional (pengusaha dan pegawai aktif) jadi pendeta, malah banyak pendeta jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil).
Turunnya standar moral dan kwalitas pengajaran dalam gereja adalah awal dari kesukaran yang sedang kita hadapi dalam masa akhir jaman ini. Kasih tidak lagi memotivasi pelayanan, Kebenaran hanya menjadi pemanis bibir pengkotbah dan kekudusan hanya ada dalam lagu pujian, gereja bukan lagi sumber hikmat dan pengajaran tetapi sudah menjadi sarang penyamun.
Seringkali orang mengaburkan misi dengan pelayanan ke tempat-tempat terpencil dan negara-negara lain dan merupakan pelayan yang diperuntukkan bagi penginjil dan misionaris saja sehingga tugas jemaat hanya sekedar mendoakan, beramal dan duduk manis di gereja saja. Ini kesalahan terbesar gereja karena sebenarnya hidup baru yang TUHAN berikan sebenarnya adalah misi. Hidup kita adalah misi untuk menghadirkan Kerajaan ALLAH di muka bumi ini. Kita adalah mitra kerja ALLAH dan Dunia ini ladang ALLAH artinya dimanapun TUHAN menempatkan kita; dalam rumah tangga, usaha, pekerjaan, sekolah dan di tengah-tengah masyarakat bahkan gereja , itulah ladang misi dimana kita menghadirkan Kerajaan ALLAH dalam bentuk pelayanan, Kasih, Kebenaran dan Kekudusan yang didasari oleh Kebenaran FIRMAN ALLAH yang hidup di dalam kita. (Galatia 2: 20). Tidak ada yang sempurna di antara kita tetapi itu tidak boleh menghalangi kita untuk dapat berkata: “ ikutlah teladanku seperti aku mengikuti teladan YESUS”. TUHAN memberkati.

Rabu, 26 Agustus 2009

Bisnis di Ladang Tuhan

Sekitar tahun 1990, dalam suatu persekutuan doa semalam suntuk di FGBMFI, di jalan Juanda, Samarinda. Suatu nubuatan disampaikan seorang hamba Tuhan yang mengatakan; “Bahwa usaha bisnis terbesar sebelum kedatangan Tuhan adalah ladang Tuhan”, yang spontan disambut dengan tertawaan oleh hampir semua yang hadir yang kebanyakan pengusaha dan kaum profesi di Samarinda dan Balikpapan, tetapi 5 (lima) tahun kemudian kebanyakan dari mereka yang hadir ini menjadi pendeta.
Pada tahun-tahun terakhir ini kita seolah-olah melihat satu kebangunan rohani yang besar di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya denominasi baru plus tentu saja bertambahnya gereja2 dan persekutuan2 di berbagai kota di Indonesia, meskipun tentu saja itu bukan berarti bahwa pertumbuhan gereja itu diiringi oleh pertambahan jumlah jiwa baru, tetapi yang sering terjadi adalah sekedar perpindahan jemaat dari gereja yang sudah ada sebelumnya ke gereja yang baru. Dan juga pada akhir-akhir ini seiring dengan kemajuan tekhnologi multi media, kita melihat fenomena yang menggembirakan bahwa ladang pelayanan kita dapat mejadi ladang pelayanan global yaitu dengan adanya parabola dan internet sehingga kita dapat menjangkau ujung-ujung bumi bahkan tanpa beranjak dari tempat duduk kita. KKR, konser rohani bahkan seminar-seminar diadakan di mana-mana dengan pembicara-pembicara berkelas dan artis-artis rohani dan kalau kita dapat melihat semaraknya pelayanan ini maka apakah itu berarti bahwa kita sedang mengalami kebangunan rohani? Kita tidak akan yakin dengan hal itu jikalau kita melihat fakta-fakta lain di lapangan (khususnya, dalam pelayanan kami di Kalimantan Timur) dan meskipun secara pribadi, saya tidak punya data yang menunjang dalam hal ini tetapi saya melihat bahwa sebenarnya jumlah umat ALLAH pada lima tahun ini justru sedang mengalami penurunan kwantitas (siapa dapat membantu data?), kelihatannya kita hanya sekedar mengalami euphoria kebangunan rohani yang semu kalau kita hanya melihat pertumbuhan yang pesat jumlah denominasi dan “gereja” di Indonesia.
Apakah ini nyata atau karena kekuatiran saja kami melihat bahwa seolah-olah hal itu terjadi, padahal sebenarnya justru memang semaraknya acara-acara rohani ini memang justru menunjukkan bahwa memang kebangunan rohani itu sedang berlangsung (setujukah saudara dengan hal ini) atau justru kekuatiran YESUS yang ditunjukkanya dengan berkata: “Kalau Aku datang, adakah iman di bumi ini” menjadi jawaban dari kesemua itu.
Berapa puluh tahun lalu, menjadi pendeta bukan suatu hal yang dapat dibanggakan, malahan banyak orang mengeluh jika ada anggota keluarganya yang dipanggil TUHAN untuk menjadi hambanya dan mereka yang menjadi pendeta seringkali “malu” untuk menunjukkan identitas diri yang lama dengan membuang bahkan membakar atribut gelar2 duniawi mereka. Sekarang, justru orang berlomba-lomba menjadi pendeta bahkan tanpa harus melalui pendidikan dan penjara yang suci (asrama sekolah Alkitab), kursus-kursus Alkitab singkat, Kuliah padat sekali dan gereja menurunkan standar mutu kependetaan, kemudahan untuk menjadi pendeta menyebabkan orang berbondong-bondong menjadi pendeta, kalau dulu para profesioal harus meninggalkan profesinya untuk menjadi pendeta (dan menganggap sampah segala atribut), sekarang justru kita dapati bahwa semakin banyak gelarnya, semakin oke ( kami teringat dalam satu acara KKR, seorang pembicara, tidak mau dipanggil maju ke depan ketika gelarnya tidak disebut secara lengkap, ha ha ha, padahal gelar apapun belum akan akan sempurna kalau belum dapat yang satu ini; Alm (alrmarhum)) dan kependetaan sepertinya hanya sekedar menjadi profesi di samping profesi lain yang mereka miliki.
Seorang gembala tidak lagi harus tinggal bersama domba-dombanya dengan adanya gembala franchaise (gembala senior yang tidak ke mana-mana tapi ada di mana-mana), dan perbudakan rohani yang mengatas namakan “persiapan” atas pengerja-pengerja gereja. Iklan-iklan “undangan kebaktian” di koran-koran nasional dan daerah (untuk kalangan sendiri), ringtone rohani, sms renungan rohani berbayar, perjalanan “tour rohani” dengan pembimbing2 rohani yang top abis, mission trip yang seringkali hanya sekedar pesiar rohani, event organizer rohani (seorang teman pendeta meninggalkan gerejanya untuk membuka pelayanan ini) dll, kita tidak tahu apakah ini semua yang disebut sebagai bisnis di ladang TUHAN, kami tidak tahu dan biarlah ada motivasi yang benar di dalamnya. “Berbahagialah hamba , yang didapati Tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya datang”, (Matius 24: 46).

Jumat, 21 Agustus 2009

Andaikata gereja mau tabur uang mati

Melihat perkembangan gereja yang begitu pesat dengan ditandai bertambah banyaknya gereja/ organisasi gereja di Indonesia yang faktanya tidak bertumbuh seiring dengan pertambahan jumlah orang Kristen, yang malah ditengarai semakin menurun jumlahnya. Kita tidak tahu, apakah kita harus merasa bangga denan “pertumbuhan” ini atau haruskah kita justru merasa miris karena “pertumbuhan” ini justru semakin menampakkan adanya perpecahan dalam “gereja’.
Di Koran-koran daerah, kita sering membaca berita yang mengatakan bahwa ada desa-desa yang penduduknya sebanyak 200 atau 100 orang menjadi mualaf, apa yang kita pikirkan kalau membaca hal seperti ini; “ah, itu Cuma propaganda saja, ataukah kita mungkin akan katakan: “ya, itu karena iman orangnya masih kerdil”’. Saudara, saya mau katakan kepadamu, sebenarnya hal itu terjadi mutlak karena kesalahan “gereja”. Beberapa tahun lalu, saya rajin mengikuti seminar-seminar dan banyak hamba Tuhan mengikutinya, tapi setelah mengikuti banyak seminar ternyata saya dapati, kita hanya sekedar senang kumpul-kumpul dan merumuskan cara-cara untuk “memenangkan” dan meneriakkan slogan kesepakatan ‘Kemuliaan Tuhan”.
Misi “gereja” tidak lebih dari sekedar “franchaise” gereja. Pendeta-pendeta “besar” tanpa ragu mencantumkan nama mereka sebagai “Gembala/ Penatua Senior” di iklan-iklan surat kabar untuk menarik orang datang ke acara ibadah mereka, yang anehnya mereka sendiri jarang datang atau bahkan belum pernah datang untuk bahkan “hanya sekedar menengok” kawanan domba mereka.
Dari kota besar sampai kota kecil dipadati oleh “gereja”, “gereja-gereja” baru bermunculan bagai jamur di musim hujan, jemaat terus dipacu untuk memberi dan berkorban bagi pekerjaan “misi” sementara pendeta sendiri enggan mengeluarkan duit dari kantongnya dan misi itu sendiri hanya sekedar tempel nama baru dan bukan sungguh-sungguh buka ladang baru yang belum pernah di garap orang lain.
Perguruan Theologia barupun berlomba-lomba menawarkan paket murah meriah untuk mendapatkan STh, MTh, dan bahkan Doktor yang seringkali hanya untuk penghias kartu nama dan sarana untuk menaikkan honor pelayanan. Berapa ratus tenaga hamba Tuhan baru diluluskan setiap tahunnya dari sekolah-sekolah theologia tetapi anehnya kita masih terus berdoa untuk Tuhan mengirim pekerja-pekerja karena kita tidak tahu kemana pekerja-pekerja yang terlatih ini pergi. Dan orang tanpa malu mencantumkan label Evangelis atau penginjil di depan nama mereka tapi kerjanya hanya berkeliling besoek di gereja-gereja tertentu untuk menadapatkan sekedar upah harian, di daerah banyak pendeta beralih dari PNS (Pegawai Negeri Surga) menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil), kita tidak lagi menjadi pendeta tapi pendekar (pendeta karyawan).
Di daerah pelayanan kami di Kalimantan, sepanjang wilayah perbatasan Kalimantan timur sampai ke Selatan dan tengah, berapa banyak daerah tanpa kehadiran gereja bahkan kalaupun ada gereja biasanya satu pendeta/gembala harus melayani berapa atau bahkan berapa puluh jemaat. Kantong-kantong Kristen justru menjadi kantong-kantong sampah yang berisikan kejahatan dan kecemaran. Dan apa yang kita lakukan?
Gereja membangun istana-istana gading yang sering bikin sakit mata karena menjadi ironi di tengah-tengah kemiskinan masyarakat, KKR besar, undang artis, pendeta besar dan kadang ada doorprize untuk menarik orang melihat pertunjukan spektakuler dan dengan label “untuk kalangan sendiri”. Drama Natal dengan pementasan Yesus lahir di kandang dh juga kolong jembatan hanya untuk sekedar menertawakan diri karena sementara itu kita berpesta pora tanpa memperdulikan mereka yang lapar.
Ada banyak gereja baru muncul tahun ini dan tutup tahun depan karena persoalan klasik “tidak ada panggilan” yang sebenarnya hanya pemanis dari pribahasa “lebih besar pasak dari pada tiang”. Andaikata gereja mau tabur uang mati.
Mengundang pendeta harus berhubungan dengan manajer yang bertanya; “berapa banyak…..”. dan banyak alas an untuk katakan “tidak” kalau hanya ada sedikit….
“Berapa besar gerejamu atau berapa banyak jemaatmu”, itu pertanyaan jamak yang biasa ditanyakan kalau sesama pendeta bertemu. Kita tidak pernah merasa malu untuk mengakui apa yang bukan menjadi milik kita. Kita hanya pembantu, pelayan, jongos…
tapi betapa sering kita bertindak sebagao BOSS. Ah andaikata gereja mau tabur uang mati. Atau mungkin memang benar bahwa kita hanya baru bisa mimpi seperti lagu pembuka di Republik Mimpi.
Tuhan kasihanilah kami..

Senin, 10 Agustus 2009

Berfokus pada Rencana TUHAN>

Berfokus pada ALLAH!!
Roma 8: 28-30.
Kemarin ada seseorang yang mengirimkan sebuah SMS yang berbunyi demikian; “Maaf, mungkin U salah kirim sms, but sms 12x sudah benar2 bikin sadar betapa I terlau jauh meminggalkan Tuhan. Thanks sudah salah kirim sms 12x”. dan saya menjawabnya; “Tuhan sering berkerja dengan cara yang musterius karena saya tidak pernah mengirimkan sms kepadamu sebab no mu tidak ada pada phonebook hp saya, 1 atau 2x kesalahan adalah wajar tetapi 12x berarti adalah hal yang Tuhan rencanakan dan saya senang bahwa kesalahan itu menjadi berkat bagimu”.
Firman Allah di dalam Roma fasal 8: 28 mengatakan bahwa Allah turut bekerja didalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Tuhan. Ini berarti bahwa Allah ikut mengambil bagian atau merencanakan senua hal yang terjadi dalam hidup kita untuk mendatangkan kehidupan yang maksimal. seringkali kita tidak menyadari tentang tujuan Allah ini karena kita berfokus pada diri sendiri sehingga kita seringkali bersungut-sungut dan berfikir bahwa Allah berlaku tidak adil kepada kita.
Fokus pada diri sendiri ini akan berakibat:
1. kekurangan/ tidak bersyukur.
Ibrani 13: 5 berkata, “ cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu”.
Kita tidak akan pernah dapat bersuykur bila kita tidak puas dengan apa yang kita miliki.
2. Kekuatiran.
Lukas 12: 18-20.
Kekuatiran adalah penghambat terbesar dari iman yang memungkinkan kuasa Firman tidak dapat berkerja secara maksimal dalam hidup kita. Yakobus 1:6-7
3. Kesombongan/ haus penghargaan, pengakuan.
I Yohanes 2: 15
Kalau kita berfokus pada diri sendiri maka kita tidak akan pernah dapat melihat dan mengerti tentang rencana Allah.





Filipi 3: 12-13.
Untuk dapat berfokus kepada Allah maka kita harus :

Melupakan apa yana ada dibelakang kita artinya kita harus melupakan segala kekecewaan yang pernah terjadi dalam kehidupan kita sebab kekecewaan itu adalah hambatan terbesar kita untuk menemukan potensi yang seutuhnya dalam Tuhan. Pengampunan adalah hal yang terpenting untuk dapat melupakan kekecewaan.

Penguasaan Diri.
Kita lebih sering melakukan pengekangan diri, artinya kita seringkali melakukan atau tidak melakukan sesuatu hanya untuk JAIM/ jaga image karena takut akan penilaian orang atas reputasi kita tetapi penguasaan diri adalah buah dari Cinta ataupun hasil dari persekutuan kita dengan Firman dan Roh Kudus.

Hidup dalam rencana Allah.
Untuk mengerti rencana Allah maka kita harus mengenal Firman Allah dan hidup dalam persekutuan. Bacalah Alkitab secara teratur dan hiduplah dalam persekutuan dengan saudara-saudara seiman untuk dapat saling menjaga dan menopang satu denan yang lain dan beribadahlah secara teratur. I Timotius 4: 8

4. Kasih
Jika anda ingin mengalami hidup yang berkelimpahan dari
TUHAN. Anda harus tidak berfokus pada diri sendiri, tetapi mulailah meluangkan waktu untuk menolong orang lain. Anda harus memperlihatkan Kasih dan Kebaikan TUHAN dimanapun Anda berada. Jika Anda bersedia memenuhi kebutuhan orang lain, maka TUHAN berjanji akan memenuhi segala kebutuhanmu. TUHAN akan memberseskan segala masalah yang anda hadapi.(Joel Osteen)

Sabtu, 08 Agustus 2009

Allah mau hidup kita berkelimpahan

Allah mau hidup kita berkelimpahan

Yohanes 10 : 10 Pencuri datang hanya untuk mencuri, membunuh dan membinasakan: Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Hati-hati dengan tujuan/ motivasi kekayaan…

Ulangan 8: 8; Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian….

Amsal 10:2; Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut

Matius 6: 19-21; Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya, Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga, ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya; Karena dimana hartamu berada disitu hartamu berada

Lukas 12:18-20 orang kaya yang bodoh-kekuatiran akan hari tua

I Timotius 6:9-10; Tetapi mereka yang kaya jatuh ke dalam percobaan,ke dalam jerat dan kedalam berbagi-bagai nafsu yang hampa dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah bebarapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagi-bagai duka.

I Timotius 6: 17; Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-NYA memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati;

Tujuan Allah dengan kekayaan:

6:18-19; Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi; dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya

Amsal 3: 9-10; Muliakan Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu; Maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Amsal 11:24-25; Ada yang menyebar harta tetapi bertambah kaya, tetapi ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan; Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.

Amsal 3:6; Umur panjang ada di tangan kanannya dan di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan

Harta bukan jaminan..

Amsal 15:16-17; Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan Tuhan daripada banyak harta disertai dengan kecemasan; Lebih baik sepiring sayur dengan kasih daripada lembu tambun dengan kebencian

Amsal 16:8; Lebih baik penghasilan sedikit disertai kebenaran, daripada penghasilan banyak tanpa keadilan.

Amsal 17: 1;

Amsal 22: 1;
Amsal 22: 4;

Ulangan 28: 1;
Matius 6:33;

Mazmur 92: 13-15; Orang benar akan bertunas seperti pohon Kurma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; Mereka yang ditanam di bait Tuhan akan bertunas di pelataran Allah kita; Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan bahwa Tuhan itu benar, bahwa ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan padaNya.

Langkah pertama untuk mencapai potensi hidupmu adalah perluaskan wawasanmu. Anda harus mampu memandang kehidupan ini dengan mata iman. Pandanglah dirimu sedang melesat ke level yang lebih tinggi. Anda harus memiliki gambaran mental yang jelas tentang apa yang anda raih. Gambaran ini harus menjadi bagian dalam dirimu, didalambenakmu, dalam percakapanmu, meresap kea lam bawah sadarmu, dalam perbuatnmu dan dalam setiap aspek kehidupanmu.

Uang dapat membeli rumah, tapi tak dapat membeli keluarga
Uang dapat membeli tempat tidur, tapi bukan tidur nyenyak
Uang dapat membeli jam dinding, tapi tak dapat membeli waktu
Uang dapat membeli buku tapi bukan pengetahuan
Uang dapat membeli makanan tapi bukan rasa untuk menikmatinya
Uang dapat membeli kedudukan tapi bukan hormat
Uang dapat membeli darah tapi bukan kehidupan
Uang dapat membeli obat tapi bukan kesehatan
Uang dapat membeli seks tapi bukan kasih
Uang dapat membeli asuransi tapi bukan keselamatan