Selasa, 28 Juli 2009

Darimana datangnya kebahagiaan?

John C Maxwell suatu ketika pernah didapuk menjadi seorang pembicara di
sebuah seminar bersama istrinya. Ia dan istrinya, Margaret, diminta menjadi
pembicara pada beberapa sesi secara terpisah. Ketika Maxwell sedang menjadi
pembicara, istrinya selalu duduk di barisan terdepan dan mendengarkan
seminar suaminya. Sebaliknya, ketika Margaret sedang menjadi pembicara di
salah satu sesi, suaminya selalu menemaninya dari bangku paling depan.

Ceritanya, suatu ketika sang istri, Margaret, sedang menjadi pembicara di
salah satu sesi seminar tentang kebahagiaan. Seperti biasa, Maxwell duduk di
bangku paling depan dan mendengarkan. Dan di akhir sesi, semua pengunjung
bertepuk tangan. Yang namanya seminar selalu ada interaksi dua arah dari
peserta seminar juga kan? (Kalau satu arah mah namanya khotbah.)

Di sesi tanya jawab itu, setelah beberapa pertanyaan, seorang ibu
mengacungkan tangannya untuk bertanya. Ketika diberikan kesempatan,
pertanyaan ibu itu seperti ini, "Miss Margaret, apakah suami Anda membuat
Anda bahagia?"

Seluruh ruangan langsung terdiam. Satu pertanyaan yang bagus. Dan semua
peserta penasaran menunggu jawaban Margaret. Margaret tampak berpikir
beberapa saat dan kemudian menjawab, "Tidak."

Seluruh ruangan langsung terkejut. "Tidak," katanya sekali lagi, "John
Maxwell tidak bisa membuatku bahagia." Seisi ruangan langsung menoleh ke
arah Maxwell. (Kebayang ga malunya Maxwell saat itu.) Dan Maxwell juga
menoleh-noleh mencari pintu keluar. Rasanya ingin cepat-cepat keluar. Malu!

Kemudian, lanjut Margaret, "John Maxwell adalah seorang suami yang sangat
baik. Ia tidak pernah berjudi, mabuk-mabukan, main serong. Ia setia, selalu
memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani. Tapi, tetap dia tidak
bisa membuatku bahagia."

Tiba-tiba ada suara bertanya, "Mengapa?"

"Karena," jawabnya, "tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung
jawab atas kebahagiaanku selain diriku sendiri."

Dengan kata lain, maksud dari Margaret adalah, tidak ada orang lain yang
bisa membuatmu bahagia. Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu,
hobimu. Semua itu tidak bisa membuatmu bahagia. Karena yang bisa membuat
dirimu bahagia adalah dirimu sendiri.

Kamu bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Kalau kamu sering merasa
berkecukupan, tidak pernah punya perasaan minder, selalu percaya diri, kamu
tidak akan merasa sedih. Sesungguhnya pola pikir kita yang menentukan apakah
kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar.

Contohnya berita seorang rasul jaman dahulu kala. Ketika itu rasul tsb
sedang dihimpit oleh keadaan. Ia disiksa dan dipenjara, ditolak kanan kiri.
Tapi dalam surat-suratnya, tidak ada yg berisi keluh kesah. Justru
sebaliknya! Sebagian besar surat-suratnya justru berisikan motivasi, berita
gembira dan inspirasi. Rasul tsb bahagia. Meskipun keadaan sekelilingnya
mungkin merupakan alasan ia tidak bahagia, namun ia tetap bahagia.

Bahagia atau tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu,
seberapa cantik istrimu, atau sesukses apa hidupmu. Ini masalah pilihan:
apakah kamu memilih untuk bahagia atau tidak.

From:Mei Hwa [mailto:limmeihwa@yahoo. com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar